BAB I
PENDAHULUAN
I.1
LATAR BELAKANG
Pengembangan karir pada dasarnya berorientasi pada perkembangan
perusahaan/ organisasi dalam menjawab tantangan bisnis di masa mendatang.
Setiap organisasi harus menerima kenyataan, bahwa ekstensinya di masa depan tergantung
pada SDM yang kompetitif sebuah organisasi akan mengalami kemunduran dan
akhirnya dapat tersisih karena ketidak mampuan menghadapi pesaing. Kondisi
seperti itu mengharuskan organisasi untuk melakukan pembinaan karier pada
pekerja, yang harus dilaksanakan secara berencana dan berkelanjutan. Dengan
kata lain, pembinaan karier adalah salah satu kegiatan menejemen SDM., harus
dilaksanakan sebagai kegiatan formal yang dilakukan secara terintegrasi dengan
kegiatan SDM lainnya.
Dari uraian diatas berarti pembinaan karier tidak dapat dilepaskan
kaitannya dengan kegiatan perencanaan SDM, rekrutmen, dan seleksi dalam rangka
pengaturan staf (staffing). Dari kegiatan-kegiatan manajemen SDM tersebut,
harus diperoleh sejumlah tenaga kerja yang potensial dengan kualitas terbaik.
Tenaga kerja seperti itulah yang harus diberi kesempatan untuk mengembangkan
kariernya, agar dengan kemampuannya yang terus meningkatkan sesuai dengan
tuntutan lingkungan bisnis, tidak saja mampu mempertahankan eksistensi
organisasi, tetapi juga mampu mengembangkan dan memajukan.
I.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa Saja Yang Menjadi
Dasar-Dasar Manajemen Karier?
2. Bagaimana Cara
Meningkatkan Keberagaman Melalui Manajemen Karir?
3. Bagaimana Upaya
Pengembangan Karir Dengan Komitmen Manajemen?
4. Bagaimana Proses
Pengembangan Sumber Daya Manusia?
I.3 TUJUAN PENULISAN
1. Untuk Memahami Apa
Saja Yang Menjadi Dasar-Dasar Manajemen Karier
2. Untuk Mengetahui
Bagaimana Cara Meningkatkan Keberagaman Melalui Manajemen Karir
3. Untuk Mengetahui Bagaimana
Upaya Pengembangan Karir Dengan Komitmen Manajemen
4. Untuk Memahami Bagaimana Proses Pengembangan Sumber Daya Manusia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DASAR-DASAR MANAJEMEN KARIR
Pengusaha
dianggap memiliki pengaruh yang signifikan pada karier karyawan melalui proses
SDM. Perekrutan, seleksi penempatan, pelatihan, penilaian, penghargaan, promosi
dan pemisahan karyawan semua mempengaruhi karier seseorang dan oleh karena itu
mempengaruhi kepuasaan karier dan keberhasilannya.
Pengembangan
karier adalah serangkaian aktivitas sepanjang hidup (workshop) yang
berkontribusi pada eksplorasi, pemantapan, keberhasilan, dan pemulihan karier
seseorang. Perencanaan karier adalah proses yang penuh pertimbangan saat
seseorang memiliki pemahaman mengenai keterampilan, pengetahuan, motivasi, dan
karakteristik lainnya dari seseorang mendapatkan informasi tentang kesempatan
dan pilihan. Mengidentifikasikan tujuan yang terkait dengan karier dan
menetapkan rencana untuk tindak mencapai tujuan spesifik.
Karier saat
ini bukanlah seperti yang terdahulu. Dulu karier dipandang sebagian kemajuan
linier ke atas dalam satu atau dua perusahaan atau sebagai pekerjaan yang
stabil dalam satu profesi. Karier seseorang lebih mungkin diarahkan sendiri
oleh orang yang bersangkutan, bukan organisasi dan diubah oleh orang tersebut
dari waktu ke waktu, saat dia dan lingkungannya berubah.
2.1.1 Pengembangan karier
Saat ini
cenderung memiliki fokus baru. Program perusahaan untuk pengembangan sebelumnya
fokus pada masa depan karyawan dalam perusahaan saja. Dengan kata lain,
mengelola karier seseorang dalam perusahaan yang bersangkutan.
Bagi
pengusaha, kerja sama pengembangan karier memiliki beberapa fungsi seperti
pengusaha memberikan perangkat, lingkungan dan pembagian keahlian bagi
karyawan, lalu karyawan melayani dan membangunperusahaan menjadi potensial. Hal
yang terbaik yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk menjaga komitmen
karyawan adalah dengan menekankan bagaimana perusahaan menjadi rekanan dalam
pengembalian keahlian dan pengetahuan karyawan tersebut secara
berkelanjutan.
Program
pengembangan karier tidak harus rumit. Laporan karyawan bahwa mereka menerima
umpan balik untuk kinerja mereka, memiliki rencana pengembangan individual, dan
memiliki akses pada pelatihan keahlian nonteknis sangat mungkin akan mengurangi
kemungkinan karyawan meninggalkan perusahaan.
2.2 MENINGKATKAN KEBERAGAMAN MELALUI MANAJEMEN KARIR
2.2.1
Sumber Sumber Bias Dan Diskriminasi Dalam Keputusan Promosi
Wanita dan
orang kulit berwarna cenderung mengalami kemajuan yang lebih lambat dalam
organisasi, dan bias serta hal lain yang lebih sulit untuk dijelaskan sering
menjadi penyebabnya. Meskipun sampai saat ini alasan tersebut belum pasti.
Sebagai gantinya faktor – faktor sekunder seperti memiliki sangat sedikit
karyawan kulit berwarna didepartemen perekrutan dapat menjadi penyebabnya.
Kadang bias adalah sesuatu yang sifatnya tidak direncanakan dan tidak dapat
dibuktikan. Dalam suatu studi orang kulit berwarna yang mengajukan promosi sebenarnya
lebih berpengalaman, tetapi ironisnya dipandang sebagai yang tidak punya
kemajuan.
Sama halnya,
wanita tetap tidak berhasil mencapai puncak karir dalam jumlah yang
proporsional dalam industri Amerika. Wanita adalah 40% dari total tenaga kerja,
tetapi hanya 2% yang mencapai posisi manajemen puncak. Diskriminasi yang jelas
terlihat maupun yang tidak terlihat termasuk kepercayaan bahwa “wanita lebih
mementingkan keluarganya dan tidak memiliki dedikasi pada karirnya” menjadi penghalang
bagi para manajer untuk menganggap para wanita sama seperti pria. Persahabatan
internal “jaringan pria senior” yang mengadakan makan siang bersama, kegiatan
sosial, atau pada pertemuan klub yang biasanya tidak untuk wanita, padahal
seringkali pada kegiatan – kegiatan inilah keputusan – keputusan promosi
dibuat. Kurangnya jumlah mentor wanita lebih menyulitkan lagi karena wanita
tidak menemukan panutan dan pendukung yang mereka butuhkan untuk membantu
memandu karir mereka. Tidak seperti kaum pria wanita juga harus berhadapan
dengan keputusan “karir versus keluarga”, karena tanggung jawab pengasuhan anak
dan pengelolaan rumah tangga tetap ada pada wanita.
Wanita dan
laki laki juga menghadapi tantangan yang berbeda seiring dengan kemajuan karir
mereka. Wanita melaporkan halangan yang lebih besar daripada laki – laki, dan
kesulitan yang lebih besar dalam pengembangan penugasan dan kesempatan
mobilitas geografis. Wanita harus lebih aktif untuk mendapatkan penugasan –
penugasan tertentu. Karena pengembangan seperti ini sangat penting “organisasi
yang berniat untuk membantu para manager wanita untuk lebih maju harus fokus
ada menghilangkan halangan yang berkaitan dengan akses wanita pada pengembangan
pengalaman”.
Dalam
masalah ini, wanita yang merupakan kelompok minoritas adalah yang paling
beresiko. Sampai tahun 2006 jumlah wanita Afrika Amerika, Asia Amerika, dan
Hispanik dalam angkatan kerja Amerika akan tumbuh sampai 35%, 78% dan 25%
berturut- turut. Sampai saat ini wanita kulit berwarna tetap hanya memiliki
presentase kecil dalam posisi profesional dan manajerial dalam sektor swasta.
Wanita kelompok minoritas dan nonminoritas memiliki pendapat yang berbeda
mengenai apa yang menurut mereka menjadi kunci kesuksesan dalam karier. Wanita
kelompok minoritas menyataakan dalam suatu survei bahwa faktor utama yang
berkontribusi pada kemajuan karir mereka adalah akses pada penugasan yang
menjadi fokus perhatian (51%), kinerja datas harapan (49%), dapat berkomunikasi
dengan baik (47%), dan memiliki sponsor yang berpengaruh (44%). Dalam studi
terpisah, wanita eksekutif kulit putih memilih kinerja melebihi harapan secara
konsiten (77%) sebagai faktor terpenting, diikuti bersikap elegan yang cocok
dengan para pria (61%), mencari penugasan yang sulit dan menjadi fokus perhatian
(50%), dan memiliki pembimbing yang berpengaruh (37%). Wanita dari kelompok
minoritas melaporkan bahwa penghalang utama dari kemajuan termasuk tidak
memiliki pembimbing yang berpengarh (47%), kekurangan jaringan kerja informal
dan rekan kerja yang penting (40%), kurangnya panutan wanita dari ras dan suku
yang m=sama (29%), dan kurangnya penugasan yang menjadi fokus perhatian (28%).
Fakta
tambahan adalah, program pengembangan karier perusahaan mungkin tidak konsisten
dengan kebutuhan kelompok minoritas dan wanita dari kelompok minoritas.
Contohnya, banyak program mengansumsikan bahwa tempat kerja berperan penting
dalam kehidupan seseorang, tetapi kepentingan keluarga juga berpean penting
dalam kehidupan. Sama halnya, program – program seperti ini juga mngeansumsikan
bahwa jenjang karier adalah teratur, sekuensial, dan kontinu. Harus berhenti
bekerja untuk sementara waktu demi kepentingan keluarga juga sering terjadi
dalam jenjang karier banyak wanita dan orang kulit berwarna (dan mungkin juga
pria), dan dalam kasus apapun studi tentang pria dan wanita perusahaan asing
menyimpulkan tiga kegiatan pengembangan karir organisasi yaitu, program jenjang
singkat, konseling individual, dan workshop perencaan karier yang lebih sedikit
bagi wanita dibandingkan pria. Banyak yang mengacu pada halangan yang jelas dan
tidak jelas pada kemajuan karier wanita ini sebagai halangan yang tidak
diketahui.
2.2.2 Mengambil Langkah – Langkah Untuk Meningkatkan Kualitas
Keberagaman: Prospek Wanita Dan Minoritas
1.
Menghilangkan hambatan intitusional
Banyak
praktek – prektek (seperti persyaratan rapat larut malam) terlihat netral dari
sisi jenis kelamin, tetapi pada kenyataanya berpengaruh secara tidak
proporsional pada wanita dan kelompok minoritas. Pengusaha harus mengidentifikasi
praktik praktik seperti ini yang membuatnya lebih dapat diterima.
2.
Memperbaiki jaringan dan bimbingan
Untuk
memperbaiki kesempatan jaringan kerja pada wanita, Mariott Internasional
mengorganisasi sejumlah konferensi kepemimpinan bagi wanita. Pembicara
menawarkan tips – tips yang dapat diterapkan bagi kemajuan karier dan berbagi
pengalaman. Lebih penting lagi, konferensi tersebut memberikan sejumlah
kesempatan informal seperti makan siang bagi karyawan wanita Mariott untuk
bertemu dan membangun hubungan bisnis.
3.
Mengeliminasi penghalang yang tidak jelas
Mengeliminasi
penghalang yang tidak jelas membutuhkan lebih dari sekedar perintah seorang
CEO, karena biasannya persoalan yang dihadapi bersifat sistemik. Seperti yang
dikatakan oleh seorang ahli, “akar diskriminasi jenis kelamin terbentuk pada
tingkat dasar tingkat praktik – praktik kerja, norma – norma budaya, dan citra
yang tampak tidak jelas… orang bahkan tidak memperhatikannya, mempertanyakan
hal itu sendirian. Tapi semua itu menciptakan pola kerugian yang tidak jelas
yang menghalangi semua wanita”. Hal – hal yang rumit menjadi fakta ketika
muncul pertentangan dengan halangan ini, kemudian wanita mnganggapnya tidak
terkait dengan penghalang yang tidak terstruktur (tidak jelas), tpi menganggap
hal tersebut merupakan ketidakmampuan mereka sendiri. Sebagi contoh, sejumlah
rapat yang dilakukan setelah jam kerja mungkin merupakan norma pada perusahaan
yang tumbuh berkembang dengan cepat. Bagi wanita yang bertangng jawab pada
keluarga, tidak hadir pada rapat seperti ini dapat mengahambat prospek kemajuan
mereka. Menjadwalkan kembali rapat setelah jam kerja akan (seperti tlah
dinyatkan datas) membuat perbedaan bagi wanita dengan kewajiban pengasuhan
anak.
4.
Menerepkan jadwal yang fleksibel dan jalur karier
Struktur
promosi yang tidk fleksibel (seperti “anda harus memiliki pengalaman kerja 8
tahun dengan jam kerja 70 jam per minggu untuk dapat melamar sebagai
keryawan”). Dapat menempatkan wanita yang sering kali harus brtanggung jawab
mengurus anak diposisi yang dirugikan. Misalnya dibanyak perusahaan akuntan
besar “lebih banyak pria yang berhasil masuk dari banyak yang melamar sebagai
karyawan. Tapi lebih sedikit wanita yang berhasil diterima, sehingga lebih
sedikit yang melamar atau berada pada posisi yang berharga ini”. Satu solusi,
seperti pada Deloitte san Touche, adalah menerapkan jalur karier (termasuk
pengurangan jam kerja, dan jadwal kerja tahunan yang lebih fleksibel) yang
memungkinkan wanita secara berkala mengurangi jam kerja mereka, tetapi tetap
pada jalur kerjasama.
2.3 MANAJEMEN KARIR DAN KOMITMEN MANAJEMEN
Globalisasi
dunia ekonomi sedang memberikan kejutan dalam berbagai cara. Produk dan
pelayanan bervariasi dari mobil sampai computer hingga perjalanan udara, telah
semakin mampu memberikan harga murah, kualitas yang lebih baik, serta
produktivitas dan kualitas hidup yang lebih tinggi.
Tapi, semua
kemajuan ini bukan tanpa biaya. Paling tidak dalam jangka pendek, efisiensi
biaya, dan perbaikan produktivitas yang sama yang dihasilkan oleh proses
globalisasijuga telah memicu sejumlah besar dan terus berlangsungnya
ketidaknormalan dalam angkatan kerja. Hasrat untuk mencapai efisiensi
menggiring perusahaan untuk mengurangi jumlah karyawan, dan “melakukan lebih
dengan yang sedikit.” Hal ini menyebabkan ribuan penggabungan, besar, dan
kecil, dengan tujuan spesifik untuk mengeliminasi kelebihan beban; dengan kata
lain, menutup duplikasi cabang dan kantor pendukung kegiatan. Dan dengan
perubahan pemegang saham dalam perusahaan, penggabungan, dan pengurangan
karyawan, makin banyak karyawan diberhentikan.
Dapat
dipahami perubahan-perubahan seperti ini menyebabkan banyak karyawan
mempertanyakan mengapa mereka harus setia kepada perusahaannya. “Mengapa”
mungkin mereka bertanya, “saya harus loyal pada perusahaan jika perusahaan
membuang saya jika perusahaan memutuskan akan mengurangi biaya lagi?.” Karyawan
yang pandai saat ini cenderung berpikir bahwa diri mereka adalah seorang agen
yang bebas, untuk melakukan yang terbaik, tapi juga bersiap-siap untuk pindah
ke karier yang lain, ke perusahaan yang berbeda. kontrak “psikologis”karyawan
perusahaan di masa lalu mungkin adalah “lakukan yang terbaik dan loyal lah pada
kami, kami akan mengurus karier anda.” Saat ini berganti menjadi “lakukan yang
terbaik dan loyallah kepada kami selama anda berada di sini, dan kami akan
memberi anda kesempatan pengembangan yang akan anda butuhkan untuk berpindah
dan mencapai keberhasilan dalam karier anda.” Dalam situasi seperti ini,
pengusaha mungkin berpikir apa yang akan mereka lakukan untuk menjaga komitmen
karyawan, dan meminimalisasi pengunduran diri sukarela karyawan dan
meningkatkan kinerja mereka.
2.3.1
Upaya-Upaya Pengembangan Karier Yang Berorientasi Pada Komitmen
Proses
perencanaan dan pengembangan karier dari pengusaha dapat dan harus memegang
peranan penting dalam proses ini. Melalui proses inilah pengusaha mendukung
upaya karyawan untuk menguji dan mengembangkan keberhasilan tujuan kariernya,
dan untuk mengembangkan keahlian dan pengalaman yang mendukung persyaratan
tujuan-tujuan ini. Dengan pengelolaan yang efektif, proses pengembangan karier
pengusaha harus memberi tanda bahwa pengusaha peduli pada keberhasilan karier
karyawan, dan oleh karena itu layak mendapatkan komitmen karyawannya. Program
pengembangan karier dan penilaian berorientasi pada karier dapat memfasilitasi
hal ini.
2.3.2
Program Pengembangan Karier
Bahwa hampir
semua perusahaan besar (dan banyak yng lebih kecil) menyediakan pelayanan
perencanaan dan pengembangan karier. Biasanya dengan pemberian biaya kuliah dan
bantuan pengembangan lainnya juga tersedia untuk membantu karyawan
mengembangkan ketrampilan yang mereka butuhkan untuk maju.
2.3.3 Penilaian Berorientasi Karier
Hanya
sedikit tempat kerja yang memberikan kesempatan yang cukup besar pada karyawan
untuk mendiskusikan masalah-masalah yang berkaitan dengan karier, penilaian
pertengahan tahun, maupun penilaian tahunan. Penilaian kinerja seharusnya tidak
hanya berkaitan dengan mengatakan bagaimana seseorang melakukan suatu
pekerjaan, tetapi juga memberikan waktu yang memungkinkan bagi seorang karyawan
untuk menghubungkan kinerja tersebut dengan minat kariernya, serta
kebutuhan-kebutuhan pengembangannya ke dalam suatu rencana karier.
2.4 Proses Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pada hakekatnya pengembangan sumber daya manusia
diarahkan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi di sekitar
organisasi. Namun sebelum proses pengembangan sumber daya manusia ini
dilaksanakan, maka ada dua pertanyaan pokok yang harus dijawab, yaitu:
1. Apakah
kebutuhan pelatihan kita?
2. Apa
yang ingin kita penuhi melalui upaya pengembangan sumber daya manusia?
Setelah menentukan tujuan proses pengembangan sumber
daya manusia, maka manajemen dapat menentukan metode-metode yang cocok dan
media yang tepat untuk memenuhi tujuan yang telah ditentukan tersebut. Pada
dasarnya banyak sekali metode dan media yang dapat digunakan, namun dalam
prakteknya, pemilihan metode tersebut tergantung pada tujuan pengembangan
sumber daya manusia. Secara umum, pengembangan sumber daya manusia harus selalu
dievaluasi secara terus-menerus dalam rangka memfasilitasi perubahan dan
memenuhi tujuan organisasi.
Dalam
bentuk bagan, proses/tahap pengembangan sumber daya manusia dapat digambarkan
sebagai berikut:
- Menentukan
Kebutuhan
Seperti tergambar dalam bagan, bahwa langkah pertama
dalam proses pengembangan sumber daya manusia adalah analisis kebutuhan
Pengembangan SDM yang menurut Werther and Davis (1996:286): “Needs assessments
diagnoses current problems and future challenges to be met through training and
development”. Secara bebas dapat
diterjemahkan sebagai berikut: Analisis kebutuhan yaitu suatu proses
mendiagnosa masalah-masalah yang terjadi pada saat ini dan tantangan masa depan
yang akan diantisipasi melalui pelatihan dan pengembangan. Penentuan kebutuhan
ini bukan karena organisasi/perusahaan lain melakukan hal yang sama, akan
tetapi harus benar-benar dilandasi kebutuhan organisasi. Atau dengan kata lain
prinsip pertama yang harus dipenuhi adalah mengetahui apa yang dibutuhkan.
Analisis kebutuhan (needs assessment) adalah suatu penentuan kebutuhan
pelatihan yang sistematis.
- Menetapkan
Tujuan
Penentuan tujuan yang jelas merupakan hal yang tidak
dapat diindahkan. Tanpa tujuan yang jelas, maka upaya mendesain program-program
pelatihan dan pengembangan merupakan suatu hal yang sulit. Selain itu adanya
tujuan yang jelas akan mempermudah dalam hal pengukuran hasil yang diharapkan
sekaligus mengukur keberhasilan suatu program pengembangan.
Contoh
tujuan adalah sebagai berikut:
Setelah
mengikuti pelatihan “Excellent Service”, seorang Customer Service dapat
menyelesaikan formulir permohonan pengajuan kredit dalam waktu 10 menit setelah
semua informasi diterima dari pemohon kredit. Setelah mengikuti pelatihan
LAKIP, peserta pelatihan dapat menyusun LAKIP sesuai format yang telah
ditentukan.
- Isi
Program
Isi suatu program pelatihan dan pengembangan
dirancang berdasarkan analisis kebutuhan dan tujuan pelatihan dan pengembangan.
Tujuan program sangat bervariasi, misalnya membentuk pegawai agar mempunyai
sikap tertentu, memiliki keahlian tertentu, atau pemahaman akan pengetahuan
tertentu. Namun demikian hal penting yang harus diperhatikan adalah, isi
program pelatihan dan pengembangan harus dapat memenuhi kebutuhan organisasi dan
individu yang diikutsertakan dalam program tersebut.
- Prinsip
Pembelajaran
Dalam tataran ideal, suatu program pelatihan dan
pengembangan akan lebih efektif jika metode pelatihan yang diterapkan cocok
dengan gaya peserta pelatihan dan jenis pekerjaan yang dibutuhkan oleh
organisasi. Namun demikian, pembelajaran tidak dapat diobservasi, hanya
hasilnya saja yang dapat diukur. Werther and Davis (1996:290) memaknai prinsip
pembelajaran sebagai berikut: “Learning principles are guidelines to the ways
in which people learn most effectively”. Secara bebas dapat diterjemahkan
sebagai berikut:
Prinsip
pembelajaran adalah rambu-rambu yang dipergunakan agar seseorang dapat belajar
dengan lebih efektif. Terdapat lima prinsip pembelajaran sebagai berikut:
1.
Participation (partisipasi)
Proses
pembelajaran pada umumnya kan lebih efektif jika peserta program ikut serta
berpartisipasi aktif dalam program yang diikutinya. Partisipasi yang tinggi
pada umumnya meningkatkan motivasi dan rasa memiliki yang tinggi yang pada
akhirnya mempercepat proses pembelajaran.
2.
Repetition (pengulangan)
Pengulangan
dilakukan untuk lebih membantu peserta mengingat kembali apa yang telah
disampaikan.
3.
Relevance (relevansi)
Pembelajaran
pada umumnya akan lebih efektif jika materi yang akan dipelajari relevan/atau
mempunyai makna bagi si peserta.
4.
Transference (transfer)
Jika
kebutuhan akan pelatihan sesuai dengan tuntutan pekerjaan, maka semakin cepat
seseorang mempelajari apa yang disampaikan. Misalnya, seorang pegawai yang
bekerja di Bagian Keuangan akan relatif lebih cepat mempelajari penggunaan
sistem penataan keuangan baru yang diberlakukan karena dalam melakukan
pekerjaannya yang bersangkutan harus menggunakan sistem tersebut.
5.
Feedback (umpan balik)
Umpan
balik berarti memberikan informasi kepada peserta pelatihan mengenai kemajuan
yang teleh dicapai. Umpan balik sangat berguna bagi peserta pelatihan untuk
dapat mengevaluasi diri sampai sejauh mana hasil usaha yang dilakukan dan akan mempercepat
proses pembelajaran.
- Melaksanakan
Program
Suatu program pengembangan sumber daya manusia yang
baik akan gagal apabila manajemen tidak mampu meyakinkan peserta akan manfaat
program-program tersebut. Peserta harus mempunyai keyakinan bahwa
program-program tersebut akan mampu membantu mereka dalam mencapai
tujuan-tujuan pribadi dan profesional mereka. Disadari bahwa tidak mudah
mengimplementasikan program-program pengembangan ini. Adapun penyebabnya adalah
para manajer cenderung berorientasi pada aksi/tindakan dan kurang memberikan
perhatian pada pengembangan sumber daya manusia. Penyebab lainnya adalah
kurangnya pelatih yang berkualitas. Berkualiatas dalam konteks ini adalah
mereka yang selain mempunyai keahlian dalam hal komunikasi, juga harus
mengetahui filosofi organisasi, tujuan organisasi, organisasi formal dan
informal, tujuan-tujuan program pelatihan. Hambatan lainnya adalah penyimpanan
catatan (record keeping). Catatan prestasi ini harus dibuat sedemikian rupa
Suatu program baru harus dimonitor secara hati-hati, terutama pada saaat
program tersebut baru dimulai. Seperti diketahui bahwa pelatihan berkaitan
dengan perubahan dimana sebagian pegawai mungkin akan menolak perubahan yang
terjadi, sebagaian lain mungkin akan menunggu dan berharap agar program
tersebut gagal. Umpan balik dari peserta sangatlah penting dalam tahap ini.
Semakin cepat masalah dipecahkan akan semakin besar peluang program tersebut
untuk sukses.
- Mengevaluasi
Program
Tahap akhir dalam proses pengembangan sumber daya
manusia adalah mengadakan evaluasi atas program-program yang dilaksanakan,
mengukur sejauh mana kefektifan program telah dicapai. Tahap ini merupakan
tahap yang penting karena akan menunjukkan sejauh manfaat yang didapatkan oleh
organisasi melalui program-program tersebut. Oleh karena itu departemen Pengembangan SDM harus mendokumentasikan
upaya tersebut dan menunjukkan pada manajemen bahwa usaha tersebut benar-benar
merupakan usaha yang memberikan manfaat bagi organisasi.
Pada
dasarnya, evaluasi atas suatu program pengembangan harus meliputi beberapa
aspek aspek, yaitu (1) tanggapan peserta atas program yang dijalankan, (2)
sejauh mana peserta telah mempelajari dan menguasai materi yang diberikan, (3)
kemampuan peserta dalam mengaplikasikan pengetahuan baru yang telah diperoleh
dan (4) apakah tujuan program pengembangan yang dicanangkan telah tercapai.
Evaluasi suatu program dengan menanyakan kepada
peserta merupakan suatu pendekatan yang realtif murah dan merupakan respon
serta saran yang segera dalam peningkatan program pengembangan selanjutnya.
Namun demikian evaluasi dengan cara ini terkadang lebih didasarkan kepada
pendapat peserta dibandingkan dengan fakta, karena terkadang pertanyaan yang
diajukan sebetulnya tidak dapat diajwan dengan segera. Misalnya jenis
pertanyaan yang menanyakan mengenai manfaat prorgam pengembangan dalam
pekerjaan yang tentu saja tidak dapat dijawab sebelum peserta kembali ke tempat
tugas masing-masing dan mengimplementasikan pengetahuan yang didapatkan.
Evaluasi atas materi yang didapat selama mengikuti program pengembangan dengan
jalan melakukan pretest – posttest yaitu suatu metode penggunaan test yang sama
yang diberikan sebelum dan sesudah program pengambangan. Perbandingan hasil
yang diperoleh dapat digunakan sebagai gambaran sejauh maan materi telah
dipahami oleh peserta. Cara lain yang dapat dilakukan adalah control group
design, yaitu dengan cara menguji kelompok pegawai yang mengikuti program
pengembangan dan kelompok pegawai yang tidak mengikuti program pengembangan.
Hasil yang didapat dari kedua kelompok dapat dijadikan gambaran sejauh mana
materi dapat dipahami.
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Karier meripakan suatu yang harus diwujudkan dan
terus dikejar bagi diri karyawan, dan keadaan karier macet harus dihindarkan.
Untuk itu manejmen harus secara bersungguh-sungguh memperhatikan dan
memperlakukan karyawan dengan menghargai potensi prestasinya.
Penggunaan arah dan jalur proses dan pengembangan
karier sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan antara karyawan dengan
perusahaan kearah saling menguntungkan. Proses dan pengembangan karier harus dapat
memberikan kepastian kepada karyawan lebih transparan dan terjamin serta dapat
menumbuhkan dan mengembangkan semua kemampuan, intelektual, wawasasan,
motivasi, dan dedikasi karyawan pada posisi pekerjaan yang diemban.
Lewat proses dan pengembangan karier tersebut dapat
diupayakan pembinaan karyawan kearah ”the right on the right place”
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.psychologymania.com/2013/01/manfaat-pengembangan-Karir.Html
Mudiartha, Utama Drs W.2001.Buku Ajar
Manajemen Sumber Daya Manusia.Denpasar: Upt Penerbit Universitas
Udayana
0 komentar:
Posting Komentar